PENANGGULANGAN KANKER PAYUDARA
Bagian Bedah RSUD ABEPURA JAYAPURA
Dr. Theo Rompas
I.PENDAHULUAN
Payudara merupakan mahkota bagi seorang wanita, sehingga bila ada kerusakan sedikit saja dapat menimbulkan dampak psikologis dan sosial yang besar baik pada penderita maupun keluarganya. Oleh karena itu pengertian yang baik dan kesadaran akan pentingnya kesehatan payudara harus lebih ditingkatkan. Dilihat dari kasus kanker payudara yang datang memeriksakan diri ke dokter umumnya sudah pada stadium lanjut dimana pengobatan bersifat paliatif, artinya pengobatan bertujuan meringankan penderitaan keluhan penderita seperti luka bernanah, sakit pada payudara dan semua keluhan berhubungan dengan keluhan itu. Dengan demikian tujuan pengobatan berupa “sembuh” yang mempunyai makna penderita bebas kanker dan semua keluhan yang menyertainya, minimal 15-20 tahun tidak tercapai. Selain itu tujuan terapi yang berkembang saat ini yaitu pembedahan dengan mempertahankan payudara (‘conservative surgery’) sehingga gangguan kosmetika diperkecil, juga tidak tercapai. Oleh karena itu penemuan dan pengobatan kanker payudara pada stadium dini sangat-sangatlah penting. Perlu diingat bahwa penanganan kanker payudara faktor kosmetik setara pentingnya dengan penyakit dasarnya.
Keterlambatan ini pada umumnya bersumber dari penderita sendiri, antara lain pengertian yang mendasar tentang kanker payudara yang kurang sehingga menimbulkan rasa takut. Rasa takut ini bisa mengenai keberhasilan hasil pengobatan, cara pengobatannya ataupun akan kehilangan payudaranya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penyuluhan mendapatkan tempat yang sangat penting dalam mengatasi keterlambatan ini. Tentu saja untuk mencapai tujuan ini petugas kesehatan harus dapat memberikan keterangan yang benar dan jelas dengan modal pengetahuan yang cukup. Jika petugas kesehatan yang bersangkutan tidak memahami apa yang perlu disampaikan kepada penderita maupun masyarakat adalah tidak ada salahnya untuk meminta bantuan petugas kesehatan yang lebih tahu atau merujuk ke tempat (Puskesmas/RS) daripada memberikan keterangan yang salah yang dapat merugikan penderita.
Jika seorang wanita mendapati pada payudaranya terdapat sebuah benjolan, akan timbul beberapa pertanyaan besar dalam dirinya, apakah ini kanker?, tumor?. Tentu untuk menjawab pertanyaan yang sederhana ini perlu pamahaman yang cukup mengenai istilah yang terkait dengan hal tersebut. Pada umumnya dimasyarakat berkembang beberapa istilah yang penggunaanya sering dicampuradukan, yaitu tumor, kanker dan neoplasma.Pengertian yang benar mengenai istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut :
Tumor:Tumor adalah istilah yang ditujukan pada setiap penyakit yang berupa benjolan abnormal pada tubuh, artinya benjolan itu secara normal harus tidak ada. Jadi payudara sendiri yang berupa benjolan pada tubuh tentu saja bukan tumor karena secara normal memang harus ada pada setiap wanita dan malahan harus dipertahankan keindahannya dan dicegah dari berbagai macam penyakit yang bisa saja timbul. Tumor bisa dibedakan dalam tumor jinak, tumor ganas (kanker) dan tumor yang mempunyai kecenderungan menjadi ganas(lesi praganas atau pra-kanker). Contoh tumor jinak antara lain: kutil, kista atau benjolan yang berisi cairan seperti atheroma, penyakit bawaan seperti meningokel dsb.
Kanker: Kanker adalah suatu penyakit yang umumnya berbentuk tumor, bersifat ganas yang timbul akibat adanya pertumbuhan sel-sel tubuh yang berkembang biak secara tidak normal, tidak terkontrol, merusak bentuk dan fungsi organ yang ditumbuhinya. Disebut ganas karena sel ini bertumbuh tidak terbatas pada tempat asalnya tapi bertumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (infiltrasi) bahkan membentuk anak sebar dan berkembang ke organ lain yang disebut juga metastase. Metastase dapat bersifat langsung, lewat saluran limfe (limfogen) atau melalui pembuluh/aliran darah (hematogen). Jika dibiarkan tumbuh terus akan mengakibatkan penderitaan yang berat serta kematian. Sel ini disebut juga sel tumor ganas yang pada dasarnya berasal dari sel yang normal tapi oleh karena suatu sebab yang bermacam-macam terjadi kerusakan pada penentu sifat dan fungsi sel tersebut. Pembawa sifat dan fungsi sel tersebut disebut gen. Gen ini adalah suatu susunan protein yang sangat kompleks, yang berbeda untuk setiap jenis sel. Oleh karena itu ada kanker yang berasal dari kelenjar, dari kulit, dari selaput lendir (mukosa) dari tulang, sel saraf dan struktur-struktur lain. Pada kanker payudara jenis selnya dapat bermacam-macam tergantung sumber sel normal yang terganggu, apakah berasal dari bagian kelenjarnya, dari saluran air susunya, dari jaringan penunjangnya atau dari struktur lain pada payudara.
Neoplasma:Istilah ini digunakan secara umum untuk penyakit dimana selnya bertumbuh secara abnormal karena gangguan pada gen sel tersebut. Neoplasma disebut ganas jika pertumbuhannya seperti kanker. Jadi kanker adalah sama dengan neoplasma ganas atau tumor ganas. Jika selnya tumbuh terbatas pada tempat asalnya, tidak menginfiltrasi dan tidak bermetastase disebut neoplasma jinak atau tumor jinak misalnya fibroadenoma mamma.
Dengan pengertian istilah ini kita dapat menjawab bahwa benjolan itu jelas adalah tumor, tapi untuk menjawab apakah bukan kanker atau bukan neoplasma harus kita lihat keadaan sel yang menyusunnya melalui mikroskop. Jadi apakah kita akan menganjurkan kepada penderita untuk memeriksakan dirinya ke laboratorium untuk melihat jenis sel?, jawabnya belum tentu. Untuk dapat memahami jawaban pendek tersebut kita perlu mengetahui hal-hal umum yang sangat penting yang berkaitan dengan kanker payudara, yang dapat membantu petugas kesehatan yang bekerja sebagai ujung tombak dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Dengan demikian diharapkan kanker payudara bisa tertanggulangi dengan baik dengan pengertian bahwa, kita mengobati kanker payudara pada stadium dini dan meningkatkan kualitas hidup penderita dengan kanker payudara stadium lanjut.
II.ANATOMI FISIOLOGI PAYUDARA
Payudara atau kelenjar susu yang bentunya bulat ini merupakan kelenjar kulit atau apendiks kulit yang terletak diatas fascia dari otot dada (muskulus pectoralis). Pada sisi luar atas kelenjar ini keluar dari bulatannya ke arah ketiak (aksila), disebut ekor payudara (‘tail of Spence’). Setiap payudara terdiri dari 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran kepapila mamma, yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fascia pektoralis dan diantara kulit dan kelenjar tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi rangka pada payudara sehingga bentuknya tegak dan sedikit menggantung. Pendarahan terutama dari cabang-cabang dari arteri aksilaris dan arteri interkostalis. Penyaliran limfe 75% kearah aksila, sebagian lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagaian sentral dan medial dan ada pula penyaliran ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada disepanjang disepanjang arteri dan vena brakialis (lengan atas). Saluran limfe dari seluruh payudara menyalir kekelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang lewat sepanjang vena aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di supraklavikuler. Jalur yang lain dapat ke pembuluh mammaria interna, ke rektus abdominis, ke pleura dan ke payudara sebelahnya (kontralateral).
Volume payudara sangat bervariasi tergantung umur, siklus menstruasi, gravida atau laktasi. Kesemuanya itu terkait pada hormonal, terutama estrogen dan progesteron. Penting dipahami perubahan payudara selama daur mentruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum menstruasi terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Pada saat itu pemeriksaan mammografi juga tidak ada manfaatnya karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Pada wanita dewasa volume antara 150-250 cc dianggap kecil, 250-350 cc dianggap sedang, sedangkan yang besar kira-kira 350-500 cc. Volume yang kurang dari 150 cc dianggap suatu hipoplasi mamma sdangkan yang lebih dari 500 adalah suatu hiperplasia mamma. Pada wanita yang menyusui payudara dapat sangat membesar dengan volume dapat mencapai 1000 cc atau lebih. Umumnya payudara simetris, tapi perbedaan yang tidak mencolok dianggap normal.
III.PENYAKIT-PENYAKIT PAYUDARA
Penyakit pada payudara pada dasarnya sangat banyak, tidak semuanya adalah kanker, seperti :
1). Neoplasma :
-Neoplasma ganas : kanker payudara, sarkoma payudara
-Neoplasma jinak : fibroadenoma mamma, kistosarkoma filoides, adenoma, lipoma
-Neoplasma in situ : karsinoma in situ duktus, karsinoma in situ lobulus
-Neoplasma yang sifatnya tidak atau kurang jelas : kistosarkoma filoides
2) Displasia :
-Kista payudara
-Fibroadenosis
-Adenofibrosis
-Fibrokistik
3).Kelainan Bawaan:
-Mamma aberans
-Polithelia
-Polimasti
-Inversi putting susu
4).Aplasia, hiperplasia,hipertrofi
5).Keradangan atau mastitis
6).Gynekomastia
Kanker payudara ialah kanker yang berasal dari jaringan penunjang payudara, termasuk puting susu dan gelang susu (areola mamma). Tidak termasuk ialah kanker yang berasal dari kulit payudara.
IV. INSIDENS DAN FREKWENSI
Kanker payudara banyak kita jumpai. Pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma serviks uteri. Di Amerika serikat karsinoma payudara merupakan 28 % kanker pada wanita kulit putih dan 25% pada wanita kulit hitam.
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak 30 tahun terakhir. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi pada usiia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mamma pada laki-laki hanya 1% dari kejadian pada perempuan.
V.ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Penyebab kanker payudara adalah multifaktorial dan belum seluruhnya diketahui. Yang jelas adalah terjadinya kerusakan pada gen seperti telah dijelaskan sebelumnya.
1).Karsinogen:
Karsinogen ialah zat yang dapat menimbulkan kanker. Di alam dikatahui ada lebih dari 2000 jenis bahan karsinogen, sehingga praktis tidak ada orang yang bebas dari kontaminasi bahan ini. Karsinogen dapat berupa bahan kimia, radiasi pengion, hormon, virus, rangsangan kronis dsb. Untungnya tidak semua kerusakan yang terjadi manifest sebagai kanker.
2).Genetik:
Faktor genetik, yang merupakan faktor bawaan sejak lahir, menentukan mudah tidaknya seseorang mendapat kanker dan mudah tidaknya memperbaiki kerusakan tubuh yang terjadi
3).Faktor lingkungan:
Faktor ini menyangkut tempat tinggal, pekerjaan, makanan, kebiasaan hidup, polusi dsb. dimana hal ini mempengaruhi kekuatan, dosis/kadar serta lamanya paparan (exposure) terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogen.
Walaupun faktor resiko tidak terkait langsung sebagai penyebab, kedua istilah ini sering disebut tumpang tindih. Mengetahui faktor resiko sangat penting dalam prevensi dan deteksi dini kanker payudara. Hal ini sangat penting disampaikan pada masyarakat saat melakukan penyuluhan tentang kanker payudara. Faktor resiko tersebut yaitu (dikutip dari:Breast, Bland K.I et.al. in Principles Of Surgery, 7 th.1999):
1. Umur diatas 35 tahun
2. Menstruasi pertama pada umur dibawah 13 tahun
3. Henti haid pada umur diatas 50 tahun
4. Melahirkan anak pertama pada umur diatas 30 tahun
5. Tidak mempunyai anak
6. Tidak menyusui anak
7. Mempunyai riwayat pernah mengidap tumor jinak payudara
8. Mempunyai riwayat pernah mengidap kanker payudara pada payudara sebelahnya
9. Ibu atau saudara perempuannya pernah atau mengidap kanker payudara
10. Kegemukan
11. Riwayat radiasi dosis tinggi pada daerah dada
12. Gambaran mammografi adanya displasia dari parenkim
13. Riwayat kanker endometrium atau ovarium (indung telur)
14. Status sosial ekonomi yang lebih tinggi cendrung resiko lebih besar
15. Tempat tinggal daerah urban
VI. CARA MENEGAKKAN DIAGNOSA
Dalam menegakkan diagnosa kanker payudara, pemeriksaan yang sistimatis dan teliti yang mencakup anamnesa dan pemeriksaan fisik, sangat besar manfaatnya apalagi ditambah dengan pemeriksaan penunjang yang lain. Dalam menegakkan diagnosa harus disertai dengan penentuan stadium penyakit untuk menentukan rencana terapi.
Keluhan :
Bisa bersumber dari payudara atau diluar payudara. Keluhan yang berhubungan dengan payudara yaitu :
1. benjolan pada payudara yang tidak nyeri
2. borok (ulkus)
3. nyeri pada payudara (jarang dijumpai)
4. keluar cairan dari puting susu
5. eksema atau erosi pada puting susu
6. payudara mengecil atau membesar (payudara asimetris)
7. puting susu masuk kedalam (retraksi niple)
Untuk keluhan yang bersumber diluar payudara umumnya diakibatkan adanya metastase (penyebaran). Keluhannya tergantung pada organ yang bersangkutan seperti batuk- batuk, batuk darah, sesak nafas, jika besumber dari paru-paru. Perut kembung dan kuning pada kulit (ikterus) jika berasal dari hati. Linu-linu, sakit pada tulang, patah tulang, bahkan kelumpuhan jika terjadi penyebaran ke sistim skletal. Keluhan lain sesuai organ yaitu sakit kepala, buta, gangguan saraf, gangguan ingatan, timbul tumor pada kulit atau jaringan di bawah kulit, pembesaran pada kelenjar misalnya pada ketiak dan leher dan hilangnya suara akibat infiltrasi pada saraf pita suara.
Gejala :
Gejala-gejala kanker payudara dapat bermacam-macam. Seperti hal diatas bisa bersumber dari payudara dan diluar payudara. Gejala yang bisa ditemukan pada payudara yaitu :
1. tumor
2. borok
3. erosi atau eksema pada puting susu
4. keluar cairan dari puting susu
5. payudara mengkerut atau membesar
6. nyeri.
Penemuan-penemuan diatas perlu disertai dengan pemeriksaan untuk menentukan apakah ada penyebaran ke kelenjar getah bening terutama ke aksiler atau organ lain. Pemeriksaan ini memerlukan pemeriksaan laboratorium termasuk radiologi dan test fungsi organ. Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan sel-sel tumor secara mikroskopis. Pemeriksaan ini diambil dengan cara biopsi jarum halus (FNAB) untuk pemeriksaan sitologi dan lebih akurat lagi (tergantung stadium) dilakukan pemeriksaan jaringan secara histopatologis, dengan cara insisi (sebagian jaringan) ataupun eksisi keseluruhan tumor. Pemeriksaan histopatologi yang dilakukan di meja operasi untuk menentukan tindakan operatif selanjutnya pada keadaan diagnosa yang ragu-ragu disebut ‘frozen section’.
VII. PENANGANAN
Terapi kanker ialah multimodal , dengan cara kombinasi operasi, radioterapi, chemoterapi,dan hormon terapi. Kombinasi mana yang terbaik dokter akan menentukan setelah mengadakan pemeriksaan yang teliti dan penentuan stadium kanker. Penentuan stadium sangat penting oleh karena menjadi dasar terapi yang dipilih dan menentukan prognosa penyakit. Dengan demikian tentu saja sangat diharapkan penderita diterapi pada stadium yang sedini-dininya. Penentuan stadium dikerjakan di Rumah sakit. Secara umum penentuan stadium berdasarkan keadaan tumor (T), keadaan kelenjar getah bening=node(N) dan apakah ada metastase (M), disebut juga TNM system.
Sampai saat ini operasi adalah cara terapi yang paling berhasil untuk menyembuhkan kanker payudara. Seluruh paket pengobatan kanker payudara yang masih belum kelihatan menyebar memerlukan waktu 9 bulan sampai 5 tahun. Untuk kanker yang telah menyebar umumnya akan timbul residif (kambuh) atau penyebaran.
Tujuan pengobatan kanker payudara dapat :
A. Kuratif
Pengobatan kuratif adalah pengobatan untuk mneyembuhkan penderita dari serangan kanker.makin lanjut stadiumnya makin kecil kemungkinan dapat disembuhkan. Kanker stadium 0 hampir 100% dapat disembuhkan. Kanker stadium IV hampir tidak dapat disembuhkan. Kemungkinan sembuh pada kanker stadium dini yaitu stadium 0, I, II cukup besar. Sebagian dari stadium III masih dapat disembuhkan walaupun prosentasinya tidak besar.
Pengertian sembuh pada kanker payudara berbeda dengan penyakit lain, walupun penderita kelihatan sehat, belum tentu bebas dari kanker, karena sewaktu-waktu bisa timbul lagi ( residif) atau timbul penyebaran. Penderita dinyatakan sembuh bila dia bebas kanker sedikitnya selama 15-20 tahun.
2. Paliatif
Pengobatan paliatif adalah pengobatan untuk meringankan penderitaan yang ditujukan pada kasus-kasus yang tidak dapat disembuhkan lagi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kwalitas hidup. Keluhan yang membutuhkan terapi paliatif yaitu nyeri, borok, infeksi , sesak nafas, kelumpuhan, patah tulang, dsb.
3. Pengobatan terminal
Pengobatan terminal atau perawatan terminal adalah suatu tindakan pada saat menjelang kematian sehingga penderita dapat meninggal dengan tenang dan damai.
Ketiga jenis terapi ini tidak terpilah-pilah secara tegas, tapi seringkali saling tumpang tindih. Cara-cara pengobatannya mencakup operasi, radiasi, kemoterapi, hormonal dan terapi bilogis. Tindakan operasi adalah tindakan /cara pengobatan yang tertua, yang paling berhasl membebaskan penderita dari serangan kanker. Pada stadium dini tindakan operasi telah dimodifikasi sehingga tindakan tidak seraddikal dahulu, dimana keseluruhan payudara diangkat. Saat ini berkembang terapi operatif dengan mempertahankan keutuhan payudara sehingga gangguan kosmetik dikurangi yang disebut Breast conserving treatment (BCT). Jenis terapi ini berbentuk suatu paket yang terdiri dari reseksi segmental, diseksi kelenjar aksiler, dan radioterapi. Prosedur ini disebut juga QU.A.RT (Quadrantectomy,Axillary dissection, dan Radiation Therapy). Jika tumornya sudah besar harus dilakukan pengangkatan seluruh payudara beserta keseluruhan otot atau sebagiannya yang disebut radikal mastektomi atau radikal mastektomi yang dimodifikasi. Kehilangan payudara dapat ditanggulangi dengan melakukan rekonstruksi atau pemakaian protese payudara.
Terapi radiasi digunakan untuk mengecilkan tumor ataupun menghilangkan sisa-sisa sel ganas pada daerah getah bening regional.
Kemoterapi dipakai untuk membersihkan / membunuh sel-sel tumor yang bermetastase ataupun dapat dipergunakan untuk mempermudah tindakan operasi. Misalnya pada tumor yang inoperable ( tidak memungkinkan untuk dioperasi) dapat dikecilkan dengan mempergunakan obat-obatan yang dapat mematikkan sel ganas biarpun tidak secara keseluruhannya sehingga operasi dapat dikerjakan. Oleh karena itu ada istilah induced chemotherapy (ICT) dan adjuvant chemotherapy (ACT). Terapi hormonal dipakai bukan bertujuan menyembuhkan kanker, tapi memperlambat atau menghentikan sementara pertumbuhan sel-sel ganas. Jenis terapi ini dapat bersifat operatif, misalnya pengangkatan indung telur (ovarium) atau pemebrian obat-obatan, misalnya tamoxifen sebagai antiestrogen. Jenis terapi lain yang masih dalam penelitian yaitu immunoterapi dimana sistim kekebalan tubuh ditingkatkan dan terapi biologis yang berupa rekayasa genetik.
VIII. HASIL PENGOBATAN
Hasil pengobatan kanker sampai saat ini belum memuaskan. Diperkirakan baru sepertiga penderita yang dapat disembuhkan dan itupun terbatas pada stadium yang dini. Pada kanker stadium lanjut hasil pengobatan sesuai dengan tujuan yaitu bersifat paliatif, yaitu meningkatkan kualitas hidup, tapi tidak menyembuhkan penyakitnya. Umumnya hanya 5% yang dapat bertahan hidup selama 10 tahun, 20 % dalam 5 tahun dan 50 % bertahan hidup dalam 2½ tahun. Kanker payudara tidak ada yang dapat sembuh spontan tanpa pengobatan. Jika tidak diobati kanker payudara makin lama makin besar, melekat dengan kulit dan dinding dada, timbul borok yang berbau dan mudah berdarah, timbul keluhan dan gejala akibat penyebaran jauh dan akhirnya meninggal dalam kesengsaraan. Dengan demikian deteksi dini dan terapi pada stadium dini sangat diutamakan.
IX.DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA
Deteksi dini adalah usaha menemukan kanker sedini mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan penyuluhan tentang kanker , mengajarkan para wanita dewasa untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) dan skrining kanker payudara terutama pada golongan masyarakat resiko tinggi.
X. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SARARI)
Sebagian besar (+ 90%) kanker payudara itu pertama kali diketahui adanya oleh penderita karena ia meraba adanya tumor atau kelainan pada payudaranya. Karena itu setiap wanita dewasa dianjurkan melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SARARI) secara teratur. Pada wanita pramenopause SARARI itu dianjurkan dikerjakan sebulan sekali, seminggu setelah selesai menstruasi. Pada yang telah menopause dilakukan sebulan sekali pada tanggal tertentu, misalnya tiap tanggal 1 pada permulaan bulan. Dengan latihan secara teratur setiap wanita akan bisa melakukan SARARI dengan baik. Batas minimal besar tumot yang dapat diraba ialah 1 cm. Tumor yang lebih kecil dari 1 cm tidak dapat diraba. Sampai sebesar 2 mm masih mungkin dapat dilihat dengan pemeriksaan mammografi.
Tujuannya ialah supaya setiap wanita :
1. Mengetahui dengan baik payudaranya sendiri.
2. Dapat segera mengetahui bila ada kelainan pada payudaranya.
Pemeriksaan SARARI dilakukan dengan cara : inspeksi, palpasi, dan memijat putting susu dan pemeriksaan.
Cara melakukan SARARI
1. Inspeksi (cara melihat payudara)
Pemeriksaan ini dilakukan dengan membuka baju dan behanya sampai setinggi pusat. Pelaku berdiri atau duduk di muka kaca, supaya dapat melihat payudaranya sendiri. Inspeksi payudara dilakukan dalam keadaan kedua lengan :
1) Menggantung lemas disamping tubuh
2) Diangkat tinggi-tinggi disamping kepala, yang akan ikut mengangkat kedua payudaranya keatas sehingga dapat melihat pergerakan payudara. Perhatikan :
(1) Bentuk kedua payudara : normal/tidak, simetris/tidak
(2) Besarnya payudara : kecil, besar, sedang atau apakah simetris/tidak
(3) Apakah ada kelainan :kulit areola atau putting susu seperti : perubahan warna, erosi, borok, oedema (seperti kulit jeruk), tarikan kulit (retraksi), dsb.
(4) Apakah ada benjolan pada payudara : ya/tidak
(5) Bagaimana pergerakan payudara : normal/tidak atau berbarengan/tidak
2. Palpasi (cara meraba payudara)
Palpasi payudara sebaiknya dikerjakan dalam keadaan berbaring di tempat tidur. Punggung pada sisi payudara yang akan diraba diganjal dengan bantal tipis sehingga payudara tersebar merata di atas dinding dada. Meraba payudara menggunakan telapak ujung-ujung jari ke-2 sampai ke-5. Jaringan payudara ditekankan ke dinding dada.
Ada 2 cara meraba payudara :
1) Cara radiar :
Perabaan mulai dari tepi payudara radiar menuju putting susu. Dalam hal ini payudara dianggap sebagai suatu jam, dengan pusatnya pada puting susu. Misalnya mulai meraba pada jam 12, lalu jam 1, jam 2, jam 3 dst. Sampai seluruh payudara teraba.
2) Cara sirkuler
Perabaan mulai dari puting susu secara sirkuler seperti spiral ke arah luar sampai seluruh payudara teraba.
Pada palpasi perhatian terutama pada payudara bagian ketiak dan puting susu karena di daerah ini paling sering ditemukan kanker. Kalau ada tumor akan teraba ada sesuatu yang lebih padat dari jaringan sekitarnya. Kalau ada tumor buat catatan dan tentukan :
1) Tanggal berapa ditemukan
2) Dimana letaknya : misalnya pada payudara kiri, jam 2, 3 jari dari putting
3) Berapa besarnya : misalnya 1 cm
4) Bagaimana bentuknya : bulat/oval/tidak teratur
5) Bagaimana konsistensinya : lunak/padat/keras
6) Bagaimana batas-batasnya : tegas/tidak tegas
7) Bagaimana mobilitasnya : mudah/sukar digerakkan
8) Berapa banyaknya : 1,2,3
9) Apakah nyeri : ya/tidak
3. Memijat puting susu
Untuk melihat apakah ada darah atau cairan abnormal yang keluar dari puting susu itu.
Kalau ada perhatikan :
1) Kapan ditemukan : tanggal berapa
2) Bagaimana warnanya : jernih, kuning, merah, hitam atau darah
3) Seperti apa cairan yang keluar : air,darah, nanah, air susu
Cara Pemeriksaan Beha Sendiri
Pagi-pagi sebelum beha itu dicuci perhatikan bagian dalam kapnya apakah ada plek yang masih basah atau telah mengering karena ada darah atau cairan abnormal keluar dari putting susu yang melekat pada bagian dalam kap beha itu.
Melakukan skrining kanker payudara
Skrining kanker ialah pemeriksaan payudara secara masal pada segolongan penduduk pada suatu daerah dan waktu tertentu. Skrining ini umumnya dikerjakan dengan pada segolongan masyarakat yang “kelihatan sehat” , yang belum menunjukkan keluhan. Deteksi dini itu dikerjakan terutama pada golongan wanita yang mempunyai risiko tinggi mendapat kanker.
1. Pemeriksaan payudara secara fisik oleh skriner yang telah terlatih
2. Pemeriksaan mammografi yaitu pemotretan payudara
Dengan mammografi sampai tumor sebesar 2 mm mungkin dapat dilihat.
Hanya perlu diketahui tidak semua tumor dapat dilihat. Ada tumor yang dapat diraba secara fisik tetapi tidak dilihat dengan mammografi atau sebaliknya ada tumor yang tidak dapat diraba tetapi dapat dilihat dengan mammografi.
Bila pada skrining ditemukan adanya kelainan, kelainan itu perlu diperiksa lebih lanjut apakah suatu kanker atau bukan. Syukur sekali bukan kanker dan kalau kanker umumnya masih merupakan kanker dini, sehingga payudara masih dapat diselamatkan dan masih dapat disembuhkan. Kanker yang ditemukan dengan skrining umumnya jauh lebih dini daripada yang ditemukan dengan pemeriksaan biasa setelah ada keluhan.
DAFTAR PUSTAKA:
1. Charles M. Haskell and Dennis A. Casciato : Breast Cancer. In: Manual of Clinical Oncology. Ed: Dennis A. Casciato and Barr B Lowitz. 4th Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia 2000.p.:218-236.
2. Sukardja IDG : Penanggulangan Kanker Payudara. Bagian Bedah FK UNAIR / RSUD.DR.Sutomo. Surabaya.
3. Robert B Dickinson and Marc E. Lippman : Molecular Biology of Breast Cancer. In: Cancer of The Breast. In: Cancer - Principles & Practice of Oncology 5th Ed. By. Editor: Vincent T. DeVita, Samuel Hellman and Steven A. Rosenberg. Lippincot – Raven. Philadelphia.1997.p: 1541-1552.
4. Jay Harris, Monica Morrow and Larry Norton : Malignant Tumor Of The Breast. In : Cancer Of The Breast.In : Cancer - Principles & Practice of Oncology 5th Ed. By. Editor: Vincent T. DeVita, Samuel Hellman and Steven A. Rosenberg. Lippincot – Raven. Philadelphia.1997.p: 1557-1606.
5. Walter C. Willet : Fat. In.: Cancer Prevention : Diet and Risk Reduction. In: Cancer - Principles & Practice of Oncology 5th Ed. By. Editor: Vincent T. DeVita, Samuel Hellman and Steven A. Rosenberg. Lippincot – Raven. Philadelphia.1997.p: 560.
6. Peter Greenwald : Dietary Fiber. In.: Cancer Prevention : Diet and Risk Reduction. In: Cancer - Principles & Practice of Oncology 5th Ed. By. Editor: Vincent T. DeVita, Samuel Hellman and Steven A. Rosenberg. Lippincot – Raven. Philadelphia.1997.p:570-571.
7. Leslie Bernstein, Ronald Ross and Brian E. Henderson.: Cancer Prevention: Hormones. In: Cancer - Principles & Practice of Oncology 5th Ed. By. Editor: Vincent T. DeVita, Samuel Hellman and Steven A. Rosenberg. Lippincot – Raven. Philadelphia.1997.p: 609-615.
8. Barbara K. Rimer and Joellen Schildkraut : Cancer Screening. In: Cancer - Principles & Practice of Oncology 5th Ed. By. Editor: Vincent T. DeVita, Samuel Hellman and Steven A. Rosenberg. Lippincot – Raven. Philadelphia.1997.p:621-624.
9. Kirby I.Bland, Michael P. Vezeridis and Edward M. Copeland III.: Breast in.: Principles of Surgery. 7th Ed.Editor : Seymour I. Schwartz. McGraw-Hill co. New York 1999.P.:533-592.
10. Philip Thorek : Anatomy in Surgery. 2nd. J.B.Lippincott Company. Philadelphia 1962.p.:254-265.
11. Sjamsuhidajat R dan Wim de Jong : Buku Ajar Bedah. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. hal :540-555.
12. Juan A. del Regato, Harlan J.Spjut and James D.Cox.: Cancer.6th ed. The C.V.Mosby Co.USA.1985.p.:853-897.
No comments:
Post a Comment